Chapter 11
Alice
keluar dari mobil hitam itu. Hari ini entah mengapa Tae Yong mau mengantarnya
pulang hingga sampai kedepan apartemennya yang berada di Dongdaemun. Sebelum
berjalan keapartemennya, Alice sekilas melihat kebelakang , Tae Yong masih
berada disana, menatapnya dari dalam mobil. Tanpa sengaja mata mereka bertemu.
Mata Tae Yong seperti memiliki kekuata magis yang membuatnya tidak dapat
mengalihkan pandangannya dari pria itu. jantungnya juga jadi mulai berdegub
tidak karuan, ini benar-benar seperti sihir baginya.
“Alice ya”
Tiba-tiba terdengar suara. Alice
mengerjab-ngerjabkan matanya. Akhirnya sihir yang dimiliki Tae yong hilang juga
karena suara yang memanggilnya tadi. Alice kembali tersadar dan mulai menengok
kekiri dan kekanan, mencari orang yang memanggilnya. Dari kejauhan ia dapat
melihat seseorang sedang berjalan mendekatinya, matanya dipicingkan agar dapat
melihat dengan lebih jelas siapa orang itu dan seketika bibirnya tersenyum “Oppa” gumamnya.
“Baru
pulang?” Kini Min Ho sudah berdiri tepat didepan Alice.
Alice
mengangguk cepat menjawab pertanyaan Min Ho “Oppa sedang apa disini? Mau bertemu dengan Hani eonni” tanya Alice dan dijawab dengan anggukan
pula oleh Min Ho.
“Aku
bosan makan sendiri” katanya sambil merangkul pundak Alice “Ayo masuk” ajak Min
Ho, mereka berdua berjalan masuk tanpa menyadari ada mata yang sedang
mengawasi.
Tae
Yong masih belum pergi dan masih melihat Alice yang asik berbicara dengan
seorang pria yang tidak dikenalnya. Tae Yong menyipitkan matanya saat melihat
pria yang ada disamping Alice. Ada perasaan tidak suka ketika ia melihat pria
itu,tanpa sadar ia mengeraskan genggaman tangannya pada stir mobilnya. Setelah
kedua orang itu tidak terlihat lagi, Tae Yong langsung menjalankan mobilnya
dengan cepat.
***
Tae
Yong melemparkan kunci dan jaketnya ke sofa serta menghempaskan tubuhnya keatas
sofa empuk berwarna putih itu. Satu tangannya memijit-mijit kepalanya yang
terasa berdenyut-denyut. Ia memejamkan matanya sejenak, namun terlintas kembali
bayangan Alice yang sedang tertawa bersama pria yang tidak ia kenal itu. ia
kembali duduk ‘sial’ umpatnya dengan keras. Tae Yong terus memaki dirinya
sendiri. Ia tidak suka dengan perasaannya saat ini. Merasa harus menjernihkan
pikiran ia mulai menyalakan televisi. Tangannya terus menekan remote menukar
satu chanel ke chanel yang lain. Tetap tidak bisa. Dengan keras ia menekan
remote malang itu dan mematikan televisi yang memang tidak bisa membuat
perasaannya nyaman. Lalu apa yang harus dilakukannya sekarang. Ya, hanya satu
yang bisa membuat perasaannya tenang yaitu dengan minum-minum, tapi apa benar
perasaannya akan menjadi lebih baik dengan meneguk sebotol soju? Tidak, Tae Yong menggelengkan kepalanya. Mana mungkin
perasaannya bisa tenang hanya dengan meneguk soju dan ia juga tidak mau
memperburuk keadaannya saat ini. Ah benar hanya ada satu cara agar perasaannya
kembali tenang, ya hanya dengan melihat wajah gadis itu maka perasaannya akan
tenang, tapi tidak mungkin sekarang ia pergi ketempat gadis itu dan lagi pula
ini juga sudah malam. ‘Aarrgh’ Tae Yong mengacak-acak rambutnya sendiri, kalut
dengan pikiran dan perasaannya saat ini. Ia benar-benar tidak mengerti kenapa
bisa seperti ini. Perasaan apa sebenarnya yang dirasakannya saat ini?
Cemburukah? Untuk apa?
“Aaargh,
molla[1]”
teriaknya pada diri sendiri dan kembali menghempaskan tubuhnya keatas sofa.
Chapter 12
Min
Ho, Alice dan Hani duduk didepan televisi kecil yang ada di apartemen itu.
Masing-masing dari mereka memegang satu cup mie instan. Malam itu salju turun
perlahan. Alice dapat menyaksikan itu dari jendela Apartemannya yang kecil. Butiran-butiran
es yang menggumpal menjadi bulat dan berwarna putih itu jatuh tepat di tepi
jendela. Alice kembali memakan mie instannya yang sudah mulai dingin.
“Tadi
kau kemana?” suara Min Ho memecahkan kesunyian malam .
“Mm”
Alice berhenti menyeruput mie yang ada di sumpitnya “Oh, itu ketempat pasien”
katanya singkat dan kembali memakan mie yang sudah mulai dingin itu. Min Ho
masih menatap Alice, kedua alis nya bertaut menjadi satu tanda ia tidak
mempercayai kata-kata gadis itu.
“Dia
itu ditugaskan dokter Choi untuk merawat Tae Yong. Oppa tahu Tae Yong kan, itu loh aktor terkenal itu” jelas Hani
dengan bersemangat. “Uhuk..uhuk” Min Ho tersedak saat Hani mengucapkan sebuah
nama yang sangat familiar ditelinganya. Alice yang berada disamping Min Ho
cepat-cepat memberikan air minum untuk pria itu.
“ Komawo” ucap Min Ho saat mengambil
gelas yang diberikan Alice. Ia langsung meneguk seluruh isi gelas itu.
“Yaa, oppa kau harus lebih berhati-hati
lagi saat makan. Apa kau tidak pernah dengar kalau ada yang mati saat tersedak”
Hani menepuk-nepuk punggung Min Ho sambil menceramahi pria itu yang masih
terbatuk-batuk. “Benar oppa, aku juga
pernah mendengar berita itu” sahut Alice menanggapi perkataan Hani.
“Arasseo” katanya sambil menghirup udara
dan mengeluarkannya lagi. “Oh iya, aku kesini bukan hanya untuk makan, tapi
juga ingin meminjam buku”
“Buku?
Buku apa?” tanya Hani
“Buku
mengenai jantung, kau punya? Aku pinjam boleh?” Hani langsung menggeleng, tanda
ia tidak memiliki buku yang dimaksud Min Ho, maklum saja bidang yang diambilnya
berbeda dengan Min Ho dan juga Alice. Alice mengeryitkan dahinya, tandanya
sedang berpikir. Ia merasa memiliki buku yang diinginkan Min Ho “Rasanya aku
punya” sahut Alice “Tunggu sebentar aku ambil” gadis itu beranjak dari duduknya
dan berjalan kekamar mengambil buku yang di inginkan Min Ho.
Butuh
beberapa menit bagi Alice untuk menemukan buku yang dicarinya. Ia mulai mencari
dari rak paling atas sampai kedalam laci di meja belajarnya dan akhirnya seulas
senyuman tergambar diwajahnya. Ia menemukan buku itu. Buku yang sudah lama dan
agak terlihat kusam, buku yang diberikan oleh kakak terkasihnya. Alice
menggenggam buku itu dan membawanya keluar.
“Ini”
katanya sambil menyodorkan buku tersebut pada Min Ho.
Min
Ho mengambil buku yang disodorkan Alice padanya, seketika matanya tidak dapat
lepas dari buku lusuh yang kini sudah ada ditangannya itu. Buku itu, entah
kenapa terasa familiar dimatanya. Ya, buku itu sama dengan buku yang dimiliki
oleh Ana. ‘Buku ini benar-benar mirip dengan buku yang dimiliki Ana. Tapi – Ah
tidak mungkin’ Min Ho menepis pikirannya kali ini ‘Pasti banyak orang yang
memiliki buku seperti ini’ angguknya. Namun rasa penasaran yang ada dalam
dirinya masih belum hilang. Ia membolak-balik buku itu dan mebuka halaman per
halaman, ia sangat yakin buku itu milik Ana, entah dari mana datang keyakinan
itu, tapi perasaannya tidak pernah salah.
“Oppa, waeyo?” Alice dan Hani
berpandangan merasa khawatir saat melihat wajah Min Ho yang tiba-tiba menjadi
pucat. Min Ho masih membuka halaman perhalaman buku itu dan tanpa disadari
sesuatu jatuh dari dalam buku itu. Min Ho menutup buku itu dan kemudian
mengambil sebuah foto yang tadi terjatuh dari dalam buku tersebut. Ia membalik
foto itu dan seketika wajahnya terkejut.
“Waeyo?” tanya Hani yang sudah menyambar
foto yang dipegang Min Ho. Mata Hani melebar saat menatap foto itu “Ige[2]”
Hani menatap Alice kemudian kembali menatap foto secara bergantian.
Alice
mengerutkan keningnya, bingung dengan dua orang yang ada dihadapannya ini.
Sebenarnya apa yang membuat dua orang ini menatapnya tidak percaya. Gadis itu
dengan ragu-ragu mengambil foto yang ada di tangan Hani. Raut wajahnya yang
bingung seketika berubah menjadi terkejut, tangannya dengan cepat memekap
mulutnya, bola matanya bergetar saat melihat foto itu. Foto Ana dan dirinya
saat Ana masih duduk dibangku SMA.
“Alice
ya, ini apa kau mengenalnya?” Tanya
Hani
“Oh,
Eo” Alice mengangguk “Dia kakak ku”
“Mwo?” kata Hani dan Min Ho bersamaan.
Alice
menatap kedua orang itu dengan mata bulatnya “ini” tunjuknya pada foto yang ada
ditangan kanannya “ini kakak ku” Alice meletakkan jari telunjuknya tepat di
wajah Ana.
Hani
dan Min Ho masih belum sadar dari keterkejutannya. Mereka memang pernah merasa
Alice mirip dengan Ana, namun tidak terlintas sama sekali dipikiran mereka
bahwa Alice dan Ana bersaudara, yang mereka pikirkan adalah Alice dan Ana
sama-sama berasal dari Indonesia. Ana juga tidak pernah menceritakan
keluarganya, namun Hani pernah melihat Ana yang tertawa saat berbicara dengan
seseorang melalui internet. Jadi kejutan ini benar-benar tidak terduga bagi mereka.
Itulah kenapa selama ini mereka merasa dapat melihat Ana dalam diri Alice, itu
karena Alice memiliki darah yang sama dengan Ana.
“Begitu
rupanya” ucap Hani sambil tersenyum “karena itulah aku selalu merasa melihat
Ana dalam dirimu. Ternyata itu karena kalian bersaudara. Aku mengerti”
“Mianhae oppa, eonni” Alice menundukkan kepalanya pada dua orang
yang masih terlihat bingung itu.
“Untuk
apa?” tanya Min Ho tidak mengerti
“Karena
aku tidak memberitahukan tentang Ana eonni
pada kalian” ucapnya lagi dengan wajah merasa bersalah.
Hani
menggoyangkan kedua tangannya “tidak..tidak usah. Kenapa kau harus minta maaf,
memangnya kau salah apa, hanya karena tidak memberitahukan itu pada kami”
“Benar
Alice ya, kenapa kau harus minta
maaf, kau tidak salah” Min Ho menambahkan.
“Tapi...”
Alice masih bersikeras meminta maaf, namun kata-katanya terhenti ketika melihat
wajah Hani yang sudah siap memarahinya jika ia melanjutkan kata-katanya
“Yasudah” Alice berusaha tersenyum dan senyumnya dibalas oleh kedua orang
dihadapannya.
Chapter 13
“Yoboseyo...yoboseyo..yaa,
Tae Yong ssi..Yaa” Alice menatap ponselnya dengan wajah kesal. Ia kesal karena
Tae Yong seenaknya saja memutuskan pembicaraan sebelum sempat ia membalas
kata-kata pria itu. alice menggerutu tidak jelas sambil masih menatap layar
ponselnya. Berkali-kali ia menghela napas berusaha menenangkan diri. Setelah
cukup tenang, Alice melangkah dengan cepat keluar dari kampusnya dan berjalan
menuju halte bus. Alice tidak mengerti dengan dirinya sendiri kenapa dia mau
disuruh-suruh seperti ini oleh Tae Yong.
Setelah
sampai di halte bus Alice duduk dengan kaki menggigil kedinginan. Sudah hampir
setengah jam ia duduk disana menunggu kedatangan Tae Yong, tapi orang yang
ditunggu masih belum menampakkan batang hidungnya sedikit pun. Alice menggigit
bibirnya yang sudah terasa kaku ‘tidak bisa’ pikirnya, kini tangannya sudah
merogoh isi tasnya mencari ponsel yang tadi ia lempar kedalam dengan sedikit
kasar. Tak lama, ponsel yang dicari akhirnya ia temukan, jarinya yang panjang
dengan cepat menekan tuts-tuts angka yang ada dilayar ponsel itu, namun sedetik
kemudian ia mengurungkan niatnya untuk menelpon pria itu.
“Aku
harus sabar menunggu” katanya pelan pada dirinya sendiri. Ia tidak jadi menekan
tombol panggil dan kembali memasukkan ponselnya ke saku mantel sebelah kirinya.
Sedetik, dua detik bahkan sudah satu jam lamanya Alice duduk di halte bus itu,
namun Tae Yong masih belum datang juga, kali ini ia sudah tidak bisa bersabar
lagi. Tangannya kembali merogoh saku mantel dan mengambil ponsel , kini ia
menekan kembali angka-angka yang sudah diingatnya di luar kepala. Namun belum
sempat gadis itu menekal tombol panggil, terdengar suara klason mobil. Alice
terkesiap, hampir saja ponsel yang ada ditangannya tergelincir jika saja ia
tidak memegangnya dengan erat. Alice sedikit mengumpat dan untung saja ia
menggunakan bahasa Indonesia, kalau tidak mungkin orang yang ada disampingnya
akan memandangnya dengan aneh.
Sekali
lagi Tae Yong menekan klason mobilnya dan sedikit membuka kaca jendela mobil
itu agar gadis yang sedang duduk itu bisa melihatnya. Alice masih belum
beranjak dari tempatnya duduk. Gadis itu masih memperhatikan orang yang ada
didalam mobil, ia sedikit ragu apa orang yang ada didalam mobil Itu Tae Yong
atau bukan karena saat itu Tae yong menggenakan topi dan juga kacamata hitam
sehingga Alice tidak begitu jelas melihatnya.
“Yaa” seru Tae Yong dari dalam mobil.
Alice yang tadi ragu kini mengembangkan senyumnya, ia sangat mengenal suara
itu. alice beranjak dari tempat itu dan berdiri di depan pintu mobil Tae Yong.
“Yaa, apa yang kau lakukan, ayo masuk”
Tae Yong berbicara seperti berbisik seakan ia tidak ingin seluruh orang yang
ada di sana tahu kalau dirinya itu aktor terkenal Kim Tae Yong. Alice masih
berdiri didepa pintu, ia masih menunjukkan wajah kesalnya pada pria itu, tapi
sepertinya Tae Yong malah tidak menyadari kalau gadis itu sedang kesal padanya.
Tae Yong membukakan pintu dari dalam dan mau tidak mau Alice harus naik kedalam
mobil itu.
***
Tae
Yong berkali-kali melirik Alice yang sedari tadi tidak bersuara. Gadis itu
benar-benar diam tanpa mau berkata apapun.
“Kenapa
kau melirik ku terus dari tadi? Perhatikan jalanan sana, kalau kau tidak ingin
menabrak”
“Eo” Tae Yong terkejut dan mengangguk
seketika “Ng...apa kau marah padaku?” tanya Tae Yong ragu. Alice mendengus
sebal. Alice meyipitkan matanya saat menatap Tae Yong. Apa? Dia bertanya aku marah atau tidak? Hah! Dia tidak lihat aku ini
sedang marah padanya. Dasar tidak
peka. Sekali lagi Alice mendengus.
“Yaa, aku bertanya padamu. Kau marah
padaku? Kalau begitu aku minta maaf” Tae Yong masih menunggu reaksi dari gadis
yang duduk disampingnya itu, sia-sia gadis itu tetap tidak bersuara “Yaa”
teriak Tae Yong.
Alice
sekali lagi menyipitkan matanya dan menatap Tae Yong sebal “Tae Yong ssi, kenapa kau selalu memanggilku
dengan Yaa..yaa, memangnya namaku yaa, aku ini punya nama. Apa kau tidak
bisa memanggilku dengan namaku. Selama ini aku sudah cukup bersabar dengan mu,
kenapa kau begitu menyebalkan sih. Ya aku memang marah padamu, kau menyuruh ku
menunggu mu didepan halte bus dalam cuaca dingin dan kau juga datang terlambat.
Tae Yong ssi, apa kau tahu berapa
suhu diluar sana?” Alice sedikit
menurunkan nada suaranya “minus sepuluh derajat celcius. Kau ingin membuatku
beku” Alice menumpahkan segala kekesalannya pada Tae Yong sehingga perasaannya
jadi lebih lega dan lagi Tae Yong juga tidak membantah sedikitpun perkataannya.
Pria itu benar-benar mendengarkan keluhannya.
“Sudah
selesai? Tidak ada yang ingin kau katakan lagi” tanya Tae Yong sungguh-sungguh.
Alice menggeleng. “Aku minta maaf karena sudah menyuruh mu menunggu di udara
sedingin ini, mianhae” ucapnya dengan
tulus “Dan untuk namamu, aku merasa aneh memanggil namamu. Apa kau tidak punya
nama korea, hm..seperti Min Ah atau Su Jin begitu”
Alice
menautkan kedua alisnya, ia tidak paham apa maksud Tae Yong “Jadi menurutmu
namaku tidak bagus?”
Tae
Yong menggeleng cepat “Tidak..tidak bukan itu maksudku. Aku hanya merasa aneh
saja memanggil namamu”
“Tae
Yong ssi, aku ini orang Indonesia.
Dalam darah ku ini tidak ada darah koreanya, jadi mana mungkin aku punya nama
korea. Yang benar saja!” Alice bicara dengan nada kesal. Ia merasa pria yang
sedang menyetir ini sedang mengejeknya karena ia bukan orang korea.
Mendengar
perkataan Alice, membuat Tae Yong merasa sedikit bersalah. Ia tidak tahu kalau
perkataannya akan menyinggung perasaan gadis itu. Tae Yong kembali melirik
Alice. Kini gadis itu menautkan kedua tangannya didada dan bergumam dengan
bahasa yang tidak dimengerti oleh Tae Yong. Semakin lama ia bersama dengan
gadis itu, semakin membuatnya merasa senang. Gadis yang duduk disampingnya ini
benar-benar polos, bukan karena dibuat-buat, tapi benar-benar lugu.
“Ah,
kita mau kemana? bukannya seharusnya tadi kita berbelok ke kiri?” Alice
menunjukkan jalan yang seharusnya mereka lalui. Matanya masih menatap
kebelakang.
“Kita
akan kerumahku” ucap Tae Yong. Alice semakin bingung, bukankah seharusnya kalau
ingin kerumah Tae Yong berbelok kekiri, tapi kenapa ini malah lurus. Tae Yong
seakan mengerti apa yang dipikirka Alice “Maksudku bukan kerumahku sendiri,
tapi rumah orang tua ku”
“Apa?”
Alice berteriak tidak percaya “Tae Yong ssi, kenapa kau baru mengatakannya
sekarang. Aku pikir kita akan pulang kerumahmu. Aish...” Alice melebarkan
matanya menatap Tae Yong “Kau pasti ingin menjelek-jelekkan ku di depan orang
tuamu kan. Iya kan”
Mendengar
ucapan gadis itu, Tae Yong langsung mendecakkan lidahnya “Alice ssi, pikiranmu itu terlalu jauh. Untuk
apa aku menjelek-jelakkan mu di depan orang tua ku” ucap Tae Yong
Alice
memiringkan kepalanya, benar untuk apa pria itu menjelek-jelekkannya , toh
tidak ada gunanya sama sekali. Lalu untuk apa ia harus ikut kerumah orang tua
pria ini. “Kalau bukan itu, lalu untuk apa?” tanpa sadar Alice menyuarakan
pikirannya.
“Aku
membawamu karena aku ingin kau memerikasa kesehatan Ibu ku” jawab Tae Yong asal
“Memangnya
Ibu mu sakit?” kini Alice bertanya dengan nada serius, ia mendekatkan wajahnya
saat bertanya itu kearah Tae Yong.
Tae
Yong yang masih menyetir menoleh seketika dan terkejut karena wajah Alice
begitu dekat dengannya. Cepat-cepat ia menjauhkan wajahnya dari tatapan gadis
itu “I..itu” Tae Yong berkata dengan gugup. Otaknya mulai berputar mencari
alasan apa untuk menjawab pertanyaan gadis itu.
“Ibu
ku punya penyakit anemia[3]”
jawabnya asal. Sebenarnya tidak asal-asalan sih. Ibu Tae Yong memang memiliki
penyakit anemia, namun tidak parah. Tae Yong yang sedang gugup dengan cepat
memutar otaknya dan seketika ia jadi teringat bahwa Ibunya punya penyakit
anemia, dan tanpa disadarinya mulutnya sudah berucap seperti itu. Tae Yong yang
masih gugup melirik sekilas ke arah Alice, ia tidak yakin gadis itu akan
tertipu dengan jawaban yang diberikannya.
“Anemia. Orang-orang selalu menganggap
remeh penyakit ini. Anemia mungkin
memang bukan penyakit berbahaya, namun jika tidak ditanggapi dengan serius
penyakit ini bisa sangat membahayakan”
“Benarkah?”
Alice mengangguk dengan cepat
“Kalau
boleh aku tahu Ibu mu menderita anemia yang
mana?” Tae Yong mengerutkan keningnya, bingung dengan pertanyaan Alice dan dia
juga tidak tahu harus menjawab apa. Alice juga sepertinya mengerti dengan
keingungan yang di lihatnya pada Tae Yong.
“Ah,
maksud ku, kau tahu kan kalau anemia
itu dibagi berdasarkan klasifikasinya?” Alice bertanya serius dan Tae Yong
hanya kembali mengeryitkan keningnya, ia masih tidak paham maksud gadis itu.
“Kau
tidak tahu ya? Baiklah aku akan menjelaskannya untuk mu, pertama klasifikasi anemia akibat gangguan eritropoieses, di sini anemia dibagi menjadi empat, yang pertama Anemia defisiensi besi. Anemia ini terjadi akibat tidak
cukupnya suplai besi yang mengakibatkan defek pada sintesis Hb, mengakibatkan
timbulnya sel darah merah yang hipokrom dan mikrositer,
yang kedua anemia Megaloblastik. Anemia ini terjadi karena defisiensi
folat atau vitamin B12 yang mengakibatkan gangguan pada replikasi DNA, efek
yang timbul adalah pembesaran prekursor sel darah (megaloblas) di sumsum
tulang, hematopoiesis yang tidak
efektif dan pansitopenia, yang ketiga
anemia aplastik. Anemia ini terjadi karena sumsum tulang gagal memproduksi sel darah
akibat hiposelularitas. Hipiselularitas ini dapat terjadi akibat
paparan racun, radiasi , reaksi terhadap obat atau virus dan defek pada
perbaikan DNA serta gen, dan yang ke empat
anemia mieloptisik. Anemia ini
terjadi akibat penggantian sumsum tulang oleh infiltrate sel-sel tumor,
kelainan granuloma, yang menyebabkan
pelepasan eritroid pada tahap awal.
Sampai sini apa kau mengerti apa yang aku katakan?” Alice melirik ke arah Tae
Yong yang sepertinya masih mencerna setiap perkataannya dan merekamnya didalam
otaknya. Tae Yong mengangguk paham. Cepat sekali dia paham dengan kata-kata
Alice yang sangat panjang itu, apa ini karena dia seorang aktor yang harus
menghapal berbagai macam naskah. Mungkin saja. Alice menggerdikkan bahunya
menjawab pertanyaannya sendiri.
“Lalu
klasifikasi yang kedua?” tanya Tae Yong ingin tahu.
Alice
kembali menatap Tae Yong tidak percaya “Wah, kau benar-benar ingin tahu ya?”
“Tentu
saja, ini kan bisa aku jadikan pelajaran. Siapa tahu nanti aku mendapat peran
sebagai dokter, jadi aku harus tahu kan” ucap Tae Yong bangga dengan dirinya
sendiri.
“Terserah
kau saja” kata Alice tanpa ingin menanggapi perkataan Tae Yong “Baiklah
klasifikasi yang kedua yaitu anemia
berdasarkan ukuran sel. Disini anemia
dibagi menjadi tiga, yang pertama anemia
mikrositik. Penyebab utamanya yaitu defisiensi besi dan talasemia (gangguan Hb), yang kedua anemia normositik, contohnya yaitu
anemia akibat penyakit kronis seperti gangguan ginjal, dan yang terakhir adalah
anemia makrositik. Penyebab utamanya
yaitu anemia pernisiosa, anemia akibat konsumsi alkohol dan anemia megaloblastik” Alice kembali melirik Tae Yong, kini pria itu
tengah mengangguk-anggukkan kepalanya tanda ia sudah mengerti dan kemungkinan
sudah hapal nama-nama penyakit itu di otaknya.
“Tae Yong ssi kau benar-benar sudah hapal semua yang aku
katakan tadi?” Tae yong mengangguk dengan cepat “Iya, aku sudah hapal semuanya”
ucapnya santai. Alice memperhatikannya dengan seksama seakan tidak percaya
dengan apa yang di katakan Tae Yong. Tae Yong yang masih menyetir melirik
kearah gadis yang duduk disampingnya “Kau tidak percaya? Mau aku ulangi apa
yang kau katakan tadi?”
Alice masih tidak percaya. Hebat sekali
pria ini, otaknya benar-benar cerdas ya. Ia saja perlu beberapa hari untuk
menghapal itu semua, sedangkan pria yang disampingnya ini hanya dalam beberapa
menit sudah ingat semuanya. “Wuah, otakmu benar-benar cerdas ya!”
“Kau
baru tahu” kata Tae Yong dengan senyum bangga.
Alice
mendecakkan lidahnya serta menggeleng-gelenggkan kepalanya. Pria ini, baru
dipuji sedikit sudah seperti ini, benar-benar. Alice berkata didalam hatinya
sambil menatap pria yang disampingnya itu.
***
Tae
Yong memakirkan mobilnya di depan sebuah rumah mewah bercat kuning gading dan
bergaya eropa asia. Alice menatap takjub bangunan mewah yang ada di depan
matanya itu. Tae Yong yang duduk disampingnya hanya tersenyum melihat ekspresi
gadis itu.
“Ayo”
Tae Yong membuka pintu dan keluar dari mobil, ia berdiri disamping pintu sambil
menunggu Alice tersadar dari kekagumannya dan keluar dari mobil.
“Tae
Yong ssi” Alice menghampiri Tae Yong
yang kini sudah berdiri di depan pagar rumah orang tuanya. Tae Yong menoleh
“Apa tidak sebaiknya kau memanggil dokter lain saja. Aku ini belum lulus
menjadi dokter, kan kau sendiri yang bilang padaku seperti itu”
“Benarkah,
kapan aku berkata seperti itu?”
Aish. Alice mendesis, orang ini
benar-benar! Masa dia bisa lupa dengan ucapannya sendiri, atau sekarang dia
sedang mempermainkan ku.
“Kim Tae Yong ssi, apa kau benar-benar tidak ingat,
saat pertama aku ke tempatmu, kau berkataseperti itu”
Tae Yong
berpura-pura mengingat-ingat apa yang dikatakannya dulu dan sekali lagi ia
menggeleng “Tidak, aku tidak ingat. Ah sudahlah, ayo masuk” Tae Yong menarik
lengan Alice dan berjalan kedalam rumah itu. Alice yang kaget saat tangannya
ditarik oleh Tae Yong masih berusaha melepaskan tangannya dari genggaman tangan
pria itu.
“Tae Yong ssi”
Tae Yong tidak
menghiraukan panggilan gadis yang ada disampingnya itu. Setelah sampai di depan
pintu, Tae Yong menekan bel dan mereka menunggu pintu dibuka.
“Oh, wasseo[1]”
kata seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dan juga modis yang
membuka pintu saat itu.
“Ye eomma” kata Tae Yong sambil memeluk
wanita itu dan kemudian berlalu masuk ke dalam.
Alice masih berdiri
di depan pintu. Tae Hee yang masih berada di sana menatap gadis itu ramah.
Alice langsung membungkuk sopan dan menyapa Ibu Tae Yong itu.
“Ayo, masuklah”
Ajak Tae Hee ramah. Melihat Alice yang masih ragu untuk masuk, Tae Hee menarik
lengan gadis itu dan menyuruh gadis itu duduk di sofa ruang tamu rumah itu.
Alice duduk membisu. Sesekali matanya menjelajah keseluruh ruangan, menatap
keunikan dan kemegahan setiap yang terukir dan terpajang di dinding ruang itu.
Sedangkan Tae Yong dan Ibunya tadi terlihat pergi ke belakang, entah ke dapur
atau ke ruangan lainnya yang ada di rumah itu.
“Nugu[2]”
Tanya Tae Hee penasaran. Selama ini Tae Yong tidak pernah membawa wanita lain kecuali
Shin Ae untuk datang kerumah orang tuanya, karena itu kali ini Tae Hee sungguh
penasaran siapa gadis yang dibawa Tae Yong kali ini.
“Eomma, bagaimana
menurutmu, apa dia cantik?” Tae Yong malah balik bertanya.
“Yeppeo[3]”
jawab Tae Hee “Geundae[4],
nugu ya? Yoja chingu[5]?”
Tanya Tae Hee lagi sambil tersenyum menggoda.
“Aku berharap
begitu” kata Tae Yong menjawab semua pertanyaan Ibunya dengan sangat santai.
“Mwo ya, jadi dia bukan kekasihmu, Ibu
pikir dia kekasihmu, karena Ibu tahu kau tidak akan pernah membawa wanita
selain kekasihmu kerumah ini. Jadi kalau bukan siapa dia?”
Tae Yong mengambil
gelas yang ada di meja dan menuangkan air serta meneguk air itu “Dokter ku”
katanya sambil berlalu meninggalkan Ibunya yang masih tidak paham dengan ucapan
anaknya itu.
“Dokter?” ulang Tae
Hee, ekor matanya mengikuti sosok anaknya yang telah menghilang di balik pintu.
Tae Yong
menghempaskan tubuhnya di samping Alice yang masih terpesona dengan keindahan
desain rumah itu. Tae Yong menatap wajah Alice dari samping, menunggu gadis itu
menyadari kehadirannya. Namun sepertinya gadis itu masih terpesona dengan
keindahan rumah milik orang tua Tae Yong. Tae Yong belum melakukan apapun untuk
menyadarkan gadis itu, ia juga sedang asik memandang wajah polos gadis itu,
menyenangkan menurutnya. Entah sejak kapan Tae Yong merasa senang jika menatap
gadis yang duduk di sampingnya itu. Padahal awalnya Tae Yong tidak suka gadis
itu selalu datang ke rumahnya, menganggu setiap aktifitas yang sering ia
lakukan. Tapi kini, ia jadi menyukai kehadiran gadis itu, apalagi jika ia
sedang bosan, gadis itu membuat rasa bosannya hilang seketika.
Alice yang sedari
tadi masih terkagum-kagum, akhirnya sadar juga jika ia sedang di perhatikan
oleh Tae Yong “Ada apa?” tanya nya.
Tae Yong yang
terkejut langsung mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Ia tidak ingin Alice
melihat wajahnya yang kini sudah memerah. Alice yang melihat tingkah Tae Yong tersenyum
geli, ternyata bisa juga ia memiliki wajah seperti ini, lucu dan juga manis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar