Jumat, 16 November 2012

Heart part 3



Chapter 11
                Alice keluar dari mobil hitam itu. Hari ini entah mengapa Tae Yong mau mengantarnya pulang hingga sampai kedepan apartemennya yang berada di Dongdaemun. Sebelum berjalan keapartemennya, Alice sekilas melihat kebelakang , Tae Yong masih berada disana, menatapnya dari dalam mobil. Tanpa sengaja mata mereka bertemu. Mata Tae Yong seperti memiliki kekuata magis yang membuatnya tidak dapat mengalihkan pandangannya dari pria itu. jantungnya juga jadi mulai berdegub tidak karuan, ini benar-benar seperti sihir baginya.
“Alice ya
Tiba-tiba terdengar suara. Alice mengerjab-ngerjabkan matanya. Akhirnya sihir yang dimiliki Tae yong hilang juga karena suara yang memanggilnya tadi. Alice kembali tersadar dan mulai menengok kekiri dan kekanan, mencari orang yang memanggilnya. Dari kejauhan ia dapat melihat seseorang sedang berjalan mendekatinya, matanya dipicingkan agar dapat melihat dengan lebih jelas siapa orang itu dan seketika bibirnya tersenyum “Oppa” gumamnya.
                “Baru pulang?” Kini Min Ho sudah berdiri tepat didepan Alice.
              Alice mengangguk cepat menjawab pertanyaan Min Ho “Oppa sedang apa disini? Mau bertemu dengan Hani eonni” tanya Alice dan dijawab dengan anggukan pula oleh Min Ho.
                “Aku bosan makan sendiri” katanya sambil merangkul pundak Alice “Ayo masuk” ajak Min Ho, mereka berdua berjalan masuk tanpa menyadari ada mata yang sedang mengawasi.
                Tae Yong masih belum pergi dan masih melihat Alice yang asik berbicara dengan seorang pria yang tidak dikenalnya. Tae Yong menyipitkan matanya saat melihat pria yang ada disamping Alice. Ada perasaan tidak suka ketika ia melihat pria itu,tanpa sadar ia mengeraskan genggaman tangannya pada stir mobilnya. Setelah kedua orang itu tidak terlihat lagi, Tae Yong langsung menjalankan mobilnya dengan cepat.
***
                Tae Yong melemparkan kunci dan jaketnya ke sofa serta menghempaskan tubuhnya keatas sofa empuk berwarna putih itu. Satu tangannya memijit-mijit kepalanya yang terasa berdenyut-denyut. Ia memejamkan matanya sejenak, namun terlintas kembali bayangan Alice yang sedang tertawa bersama pria yang tidak ia kenal itu. ia kembali duduk ‘sial’ umpatnya dengan keras. Tae Yong terus memaki dirinya sendiri. Ia tidak suka dengan perasaannya saat ini. Merasa harus menjernihkan pikiran ia mulai menyalakan televisi. Tangannya terus menekan remote menukar satu chanel ke chanel yang lain. Tetap tidak bisa. Dengan keras ia menekan remote malang itu dan mematikan televisi yang memang tidak bisa membuat perasaannya nyaman. Lalu apa yang harus dilakukannya sekarang. Ya, hanya satu yang bisa membuat perasaannya tenang yaitu dengan minum-minum, tapi apa benar perasaannya akan menjadi lebih baik dengan meneguk sebotol soju? Tidak, Tae Yong menggelengkan kepalanya. Mana mungkin perasaannya bisa tenang hanya dengan meneguk soju dan ia juga tidak mau memperburuk keadaannya saat ini. Ah benar hanya ada satu cara agar perasaannya kembali tenang, ya hanya dengan melihat wajah gadis itu maka perasaannya akan tenang, tapi tidak mungkin sekarang ia pergi ketempat gadis itu dan lagi pula ini juga sudah malam. ‘Aarrgh’ Tae Yong mengacak-acak rambutnya sendiri, kalut dengan pikiran dan perasaannya saat ini. Ia benar-benar tidak mengerti kenapa bisa seperti ini. Perasaan apa sebenarnya yang dirasakannya saat ini? Cemburukah? Untuk apa?
                “Aaargh, molla[1]” teriaknya pada diri sendiri dan kembali menghempaskan tubuhnya keatas sofa.

Chapter 12
                Min Ho, Alice dan Hani duduk didepan televisi kecil yang ada di apartemen itu. Masing-masing dari mereka memegang satu cup mie instan. Malam itu salju turun perlahan. Alice dapat menyaksikan itu dari jendela Apartemannya yang kecil. Butiran-butiran es yang menggumpal menjadi bulat dan berwarna putih itu jatuh tepat di tepi jendela. Alice kembali memakan mie instannya yang sudah mulai dingin.
                “Tadi kau kemana?” suara Min Ho memecahkan kesunyian malam .
                “Mm” Alice berhenti menyeruput mie yang ada di sumpitnya “Oh, itu ketempat pasien” katanya singkat dan kembali memakan mie yang sudah mulai dingin itu. Min Ho masih menatap Alice, kedua alis nya bertaut menjadi satu tanda ia tidak mempercayai kata-kata gadis itu.
                “Dia itu ditugaskan dokter Choi untuk merawat Tae Yong. Oppa tahu Tae Yong kan, itu loh aktor terkenal itu” jelas Hani dengan bersemangat. “Uhuk..uhuk” Min Ho tersedak saat Hani mengucapkan sebuah nama yang sangat familiar ditelinganya. Alice yang berada disamping Min Ho cepat-cepat memberikan air minum untuk pria itu.
                Komawo” ucap Min Ho saat mengambil gelas yang diberikan Alice. Ia langsung meneguk seluruh isi gelas itu.
                Yaa, oppa kau harus lebih berhati-hati lagi saat makan. Apa kau tidak pernah dengar kalau ada yang mati saat tersedak” Hani menepuk-nepuk punggung Min Ho sambil menceramahi pria itu yang masih terbatuk-batuk. “Benar oppa, aku juga pernah mendengar berita itu” sahut Alice menanggapi perkataan Hani.
                Arasseo” katanya sambil menghirup udara dan mengeluarkannya lagi. “Oh iya, aku kesini bukan hanya untuk makan, tapi juga ingin meminjam buku”
                “Buku? Buku apa?” tanya Hani
                “Buku mengenai jantung, kau punya? Aku pinjam boleh?” Hani langsung menggeleng, tanda ia tidak memiliki buku yang dimaksud Min Ho, maklum saja bidang yang diambilnya berbeda dengan Min Ho dan juga Alice. Alice mengeryitkan dahinya, tandanya sedang berpikir. Ia merasa memiliki buku yang diinginkan Min Ho “Rasanya aku punya” sahut Alice “Tunggu sebentar aku ambil” gadis itu beranjak dari duduknya dan berjalan kekamar mengambil buku yang di inginkan Min Ho.
                Butuh beberapa menit bagi Alice untuk menemukan buku yang dicarinya. Ia mulai mencari dari rak paling atas sampai kedalam laci di meja belajarnya dan akhirnya seulas senyuman tergambar diwajahnya. Ia menemukan buku itu. Buku yang sudah lama dan agak terlihat kusam, buku yang diberikan oleh kakak terkasihnya. Alice menggenggam buku itu dan membawanya keluar.
                “Ini” katanya sambil menyodorkan buku tersebut pada Min Ho.
                Min Ho mengambil buku yang disodorkan Alice padanya, seketika matanya tidak dapat lepas dari buku lusuh yang kini sudah ada ditangannya itu. Buku itu, entah kenapa terasa familiar dimatanya. Ya, buku itu sama dengan buku yang dimiliki oleh Ana. ‘Buku ini benar-benar mirip dengan buku yang dimiliki Ana. Tapi – Ah tidak mungkin’ Min Ho menepis pikirannya kali ini ‘Pasti banyak orang yang memiliki buku seperti ini’ angguknya. Namun rasa penasaran yang ada dalam dirinya masih belum hilang. Ia membolak-balik buku itu dan mebuka halaman per halaman, ia sangat yakin buku itu milik Ana, entah dari mana datang keyakinan itu, tapi perasaannya tidak pernah salah.
                Oppa, waeyo?” Alice dan Hani berpandangan merasa khawatir saat melihat wajah Min Ho yang tiba-tiba menjadi pucat. Min Ho masih membuka halaman perhalaman buku itu dan tanpa disadari sesuatu jatuh dari dalam buku itu. Min Ho menutup buku itu dan kemudian mengambil sebuah foto yang tadi terjatuh dari dalam buku tersebut. Ia membalik foto itu dan seketika wajahnya terkejut.
                Waeyo?” tanya Hani yang sudah menyambar foto yang dipegang Min Ho. Mata Hani melebar saat menatap foto itu “Ige[2]” Hani menatap Alice kemudian kembali menatap foto secara bergantian.
                Alice mengerutkan keningnya, bingung dengan dua orang yang ada dihadapannya ini. Sebenarnya apa yang membuat dua orang ini menatapnya tidak percaya. Gadis itu dengan ragu-ragu mengambil foto yang ada di tangan Hani. Raut wajahnya yang bingung seketika berubah menjadi terkejut, tangannya dengan cepat memekap mulutnya, bola matanya bergetar saat melihat foto itu. Foto Ana dan dirinya saat Ana masih duduk dibangku SMA.
                “Alice ya, ini apa kau mengenalnya?” Tanya Hani
                “Oh, Eo” Alice mengangguk “Dia kakak ku”
                Mwo?” kata Hani dan Min Ho bersamaan.
                Alice menatap kedua orang itu dengan mata bulatnya “ini” tunjuknya pada foto yang ada ditangan kanannya “ini kakak ku” Alice meletakkan jari telunjuknya tepat di wajah Ana.
               Hani dan Min Ho masih belum sadar dari keterkejutannya. Mereka memang pernah merasa Alice mirip dengan Ana, namun tidak terlintas sama sekali dipikiran mereka bahwa Alice dan Ana bersaudara, yang mereka pikirkan adalah Alice dan Ana sama-sama berasal dari Indonesia. Ana juga tidak pernah menceritakan keluarganya, namun Hani pernah melihat Ana yang tertawa saat berbicara dengan seseorang melalui internet. Jadi kejutan ini benar-benar tidak terduga bagi mereka. Itulah kenapa selama ini mereka merasa dapat melihat Ana dalam diri Alice, itu karena Alice memiliki darah yang sama dengan Ana.
                “Begitu rupanya” ucap Hani sambil tersenyum “karena itulah aku selalu merasa melihat Ana dalam dirimu. Ternyata itu karena kalian bersaudara. Aku mengerti”
                Mianhae oppa, eonni Alice menundukkan kepalanya pada dua orang yang masih terlihat bingung itu.
                “Untuk apa?” tanya Min Ho tidak mengerti
                “Karena aku tidak memberitahukan tentang Ana eonni pada kalian” ucapnya lagi dengan wajah merasa bersalah.
                Hani menggoyangkan kedua tangannya “tidak..tidak usah. Kenapa kau harus minta maaf, memangnya kau salah apa, hanya karena tidak memberitahukan itu pada kami”
                “Benar Alice ya, kenapa kau harus minta maaf, kau tidak salah” Min Ho menambahkan.
                “Tapi...” Alice masih bersikeras meminta maaf, namun kata-katanya terhenti ketika melihat wajah Hani yang sudah siap memarahinya jika ia melanjutkan kata-katanya “Yasudah” Alice berusaha tersenyum dan senyumnya dibalas oleh kedua orang dihadapannya.
Chapter 13
                Yoboseyo...yoboseyo..yaa, Tae Yong ssi..Yaa” Alice menatap ponselnya dengan wajah kesal. Ia kesal karena Tae Yong seenaknya saja memutuskan pembicaraan sebelum sempat ia membalas kata-kata pria itu. alice menggerutu tidak jelas sambil masih menatap layar ponselnya. Berkali-kali ia menghela napas berusaha menenangkan diri. Setelah cukup tenang, Alice melangkah dengan cepat keluar dari kampusnya dan berjalan menuju halte bus. Alice tidak mengerti dengan dirinya sendiri kenapa dia mau disuruh-suruh seperti ini oleh Tae Yong.
                Setelah sampai di halte bus Alice duduk dengan kaki menggigil kedinginan. Sudah hampir setengah jam ia duduk disana menunggu kedatangan Tae Yong, tapi orang yang ditunggu masih belum menampakkan batang hidungnya sedikit pun. Alice menggigit bibirnya yang sudah terasa kaku ‘tidak bisa’ pikirnya, kini tangannya sudah merogoh isi tasnya mencari ponsel yang tadi ia lempar kedalam dengan sedikit kasar. Tak lama, ponsel yang dicari akhirnya ia temukan, jarinya yang panjang dengan cepat menekan tuts-tuts angka yang ada dilayar ponsel itu, namun sedetik kemudian ia mengurungkan niatnya untuk menelpon pria itu.
                “Aku harus sabar menunggu” katanya pelan pada dirinya sendiri. Ia tidak jadi menekan tombol panggil dan kembali memasukkan ponselnya ke saku mantel sebelah kirinya. Sedetik, dua detik bahkan sudah satu jam lamanya Alice duduk di halte bus itu, namun Tae Yong masih belum datang juga, kali ini ia sudah tidak bisa bersabar lagi. Tangannya kembali merogoh saku mantel dan mengambil ponsel , kini ia menekan kembali angka-angka yang sudah diingatnya di luar kepala. Namun belum sempat gadis itu menekal tombol panggil, terdengar suara klason mobil. Alice terkesiap, hampir saja ponsel yang ada ditangannya tergelincir jika saja ia tidak memegangnya dengan erat. Alice sedikit mengumpat dan untung saja ia menggunakan bahasa Indonesia, kalau tidak mungkin orang yang ada disampingnya akan memandangnya dengan aneh.
                Sekali lagi Tae Yong menekan klason mobilnya dan sedikit membuka kaca jendela mobil itu agar gadis yang sedang duduk itu bisa melihatnya. Alice masih belum beranjak dari tempatnya duduk. Gadis itu masih memperhatikan orang yang ada didalam mobil, ia sedikit ragu apa orang yang ada didalam mobil Itu Tae Yong atau bukan karena saat itu Tae yong menggenakan topi dan juga kacamata hitam sehingga Alice tidak begitu jelas melihatnya.
                Yaa” seru Tae Yong dari dalam mobil. Alice yang tadi ragu kini mengembangkan senyumnya, ia sangat mengenal suara itu. alice beranjak dari tempat itu dan berdiri di depan pintu mobil Tae Yong.
                Yaa, apa yang kau lakukan, ayo masuk” Tae Yong berbicara seperti berbisik seakan ia tidak ingin seluruh orang yang ada di sana tahu kalau dirinya itu aktor terkenal Kim Tae Yong. Alice masih berdiri didepa pintu, ia masih menunjukkan wajah kesalnya pada pria itu, tapi sepertinya Tae Yong malah tidak menyadari kalau gadis itu sedang kesal padanya. Tae Yong membukakan pintu dari dalam dan mau tidak mau Alice harus naik kedalam mobil itu.
***
                Tae Yong berkali-kali melirik Alice yang sedari tadi tidak bersuara. Gadis itu benar-benar diam tanpa mau berkata apapun.
                “Kenapa kau melirik ku terus dari tadi? Perhatikan jalanan sana, kalau kau tidak ingin menabrak”
                Eo” Tae Yong terkejut dan mengangguk seketika “Ng...apa kau marah padaku?” tanya Tae Yong ragu. Alice mendengus sebal. Alice meyipitkan matanya saat menatap Tae Yong. Apa? Dia bertanya aku marah atau tidak? Hah! Dia tidak lihat aku ini sedang marah padanya. Dasar tidak peka. Sekali lagi Alice mendengus.
                Yaa, aku bertanya padamu. Kau marah padaku? Kalau begitu aku minta maaf” Tae Yong masih menunggu reaksi dari gadis yang duduk disampingnya itu, sia-sia gadis itu tetap tidak bersuara “Yaa” teriak Tae Yong.
                Alice sekali lagi menyipitkan matanya dan menatap Tae Yong sebal “Tae Yong ssi, kenapa kau selalu memanggilku dengan Yaa..yaa, memangnya namaku yaa, aku ini punya nama. Apa kau tidak bisa memanggilku dengan namaku. Selama ini aku sudah cukup bersabar dengan mu, kenapa kau begitu menyebalkan sih. Ya aku memang marah padamu, kau menyuruh ku menunggu mu didepan halte bus dalam cuaca dingin dan kau juga datang terlambat. Tae Yong ssi, apa kau tahu berapa suhu diluar sana?” Alice sedikit menurunkan nada suaranya “minus sepuluh derajat celcius. Kau ingin membuatku beku” Alice menumpahkan segala kekesalannya pada Tae Yong sehingga perasaannya jadi lebih lega dan lagi Tae Yong juga tidak membantah sedikitpun perkataannya. Pria itu benar-benar mendengarkan keluhannya.
                “Sudah selesai? Tidak ada yang ingin kau katakan lagi” tanya Tae Yong sungguh-sungguh. Alice menggeleng. “Aku minta maaf karena sudah menyuruh mu menunggu di udara sedingin ini, mianhae” ucapnya dengan tulus “Dan untuk namamu, aku merasa aneh memanggil namamu. Apa kau tidak punya nama korea, hm..seperti Min Ah atau Su Jin begitu”
                Alice menautkan kedua alisnya, ia tidak paham apa maksud Tae Yong “Jadi menurutmu namaku tidak bagus?”
                Tae Yong menggeleng cepat “Tidak..tidak bukan itu maksudku. Aku hanya merasa aneh saja memanggil namamu”
                “Tae Yong ssi, aku ini orang Indonesia. Dalam darah ku ini tidak ada darah koreanya, jadi mana mungkin aku punya nama korea. Yang benar saja!” Alice bicara dengan nada kesal. Ia merasa pria yang sedang menyetir ini sedang mengejeknya karena ia bukan orang korea.
                Mendengar perkataan Alice, membuat Tae Yong merasa sedikit bersalah. Ia tidak tahu kalau perkataannya akan menyinggung perasaan gadis itu. Tae Yong kembali melirik Alice. Kini gadis itu menautkan kedua tangannya didada dan bergumam dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh Tae Yong. Semakin lama ia bersama dengan gadis itu, semakin membuatnya merasa senang. Gadis yang duduk disampingnya ini benar-benar polos, bukan karena dibuat-buat, tapi benar-benar lugu.
                “Ah, kita mau kemana? bukannya seharusnya tadi kita berbelok ke kiri?” Alice menunjukkan jalan yang seharusnya mereka lalui. Matanya masih menatap kebelakang.
                “Kita akan kerumahku” ucap Tae Yong. Alice semakin bingung, bukankah seharusnya kalau ingin kerumah Tae Yong berbelok kekiri, tapi kenapa ini malah lurus. Tae Yong seakan mengerti apa yang dipikirka Alice “Maksudku bukan kerumahku sendiri, tapi rumah orang tua ku”
                “Apa?” Alice berteriak tidak percaya “Tae Yong ssi, kenapa kau baru mengatakannya sekarang. Aku pikir kita akan pulang kerumahmu. Aish...” Alice melebarkan matanya menatap Tae Yong “Kau pasti ingin menjelek-jelekkan ku di depan orang tuamu kan. Iya kan”
                Mendengar ucapan gadis itu, Tae Yong langsung mendecakkan lidahnya “Alice ssi, pikiranmu itu terlalu jauh. Untuk apa aku menjelek-jelakkan mu di depan orang tua ku” ucap Tae Yong
                Alice memiringkan kepalanya, benar untuk apa pria itu menjelek-jelekkannya , toh tidak ada gunanya sama sekali. Lalu untuk apa ia harus ikut kerumah orang tua pria ini. “Kalau bukan itu, lalu untuk apa?” tanpa sadar Alice menyuarakan pikirannya.
                “Aku membawamu karena aku ingin kau memerikasa kesehatan Ibu ku” jawab Tae Yong asal
                “Memangnya Ibu mu sakit?” kini Alice bertanya dengan nada serius, ia mendekatkan wajahnya saat bertanya itu kearah Tae Yong.
                Tae Yong yang masih menyetir menoleh seketika dan terkejut karena wajah Alice begitu dekat dengannya. Cepat-cepat ia menjauhkan wajahnya dari tatapan gadis itu “I..itu” Tae Yong berkata dengan gugup. Otaknya mulai berputar mencari alasan apa untuk menjawab pertanyaan gadis itu.
                “Ibu ku punya penyakit anemia[3]” jawabnya asal. Sebenarnya tidak asal-asalan sih. Ibu Tae Yong memang memiliki penyakit anemia, namun tidak parah. Tae Yong yang sedang gugup dengan cepat memutar otaknya dan seketika ia jadi teringat bahwa Ibunya punya penyakit anemia, dan tanpa disadarinya mulutnya sudah berucap seperti itu. Tae Yong yang masih gugup melirik sekilas ke arah Alice, ia tidak yakin gadis itu akan tertipu dengan jawaban yang diberikannya.
                Anemia. Orang-orang selalu menganggap remeh penyakit ini. Anemia mungkin memang bukan penyakit berbahaya, namun jika tidak ditanggapi dengan serius penyakit ini bisa sangat membahayakan”
                “Benarkah?” Alice mengangguk dengan cepat
                “Kalau boleh aku tahu Ibu mu menderita anemia yang mana?” Tae Yong mengerutkan keningnya, bingung dengan pertanyaan Alice dan dia juga tidak tahu harus menjawab apa. Alice juga sepertinya mengerti dengan keingungan yang di lihatnya pada Tae Yong.
                “Ah, maksud ku, kau tahu kan kalau anemia itu dibagi berdasarkan klasifikasinya?” Alice bertanya serius dan Tae Yong hanya kembali mengeryitkan keningnya, ia masih tidak paham maksud gadis itu.
                “Kau tidak tahu ya? Baiklah aku akan menjelaskannya untuk mu,  pertama klasifikasi anemia akibat gangguan eritropoieses, di sini anemia dibagi menjadi empat, yang pertama Anemia defisiensi besi. Anemia ini terjadi akibat tidak cukupnya suplai besi yang mengakibatkan defek pada sintesis Hb, mengakibatkan timbulnya sel darah merah yang hipokrom dan mikrositer, yang kedua anemia Megaloblastik. Anemia ini terjadi karena defisiensi folat atau vitamin B12 yang mengakibatkan gangguan pada replikasi DNA, efek yang timbul adalah pembesaran prekursor sel darah (megaloblas) di sumsum tulang, hematopoiesis yang tidak efektif dan pansitopenia, yang ketiga anemia aplastik. Anemia ini terjadi karena sumsum tulang gagal memproduksi sel darah akibat hiposelularitas. Hipiselularitas ini dapat terjadi akibat paparan racun, radiasi , reaksi terhadap obat atau virus dan defek pada perbaikan DNA serta gen, dan yang ke empat  anemia mieloptisik. Anemia ini terjadi akibat penggantian sumsum tulang oleh infiltrate sel-sel  tumor, kelainan granuloma, yang menyebabkan pelepasan eritroid pada tahap awal. Sampai sini apa kau mengerti apa yang aku katakan?” Alice melirik ke arah Tae Yong yang sepertinya masih mencerna setiap perkataannya dan merekamnya didalam otaknya. Tae Yong mengangguk paham. Cepat sekali dia paham dengan kata-kata Alice yang sangat panjang itu, apa ini karena dia seorang aktor yang harus menghapal berbagai macam naskah. Mungkin saja. Alice menggerdikkan bahunya menjawab pertanyaannya sendiri.
                “Lalu klasifikasi yang kedua?” tanya Tae Yong ingin tahu.
                Alice kembali menatap Tae Yong tidak percaya “Wah, kau benar-benar ingin tahu ya?”
                “Tentu saja, ini kan bisa aku jadikan pelajaran. Siapa tahu nanti aku mendapat peran sebagai dokter, jadi aku harus tahu kan” ucap Tae Yong bangga dengan dirinya sendiri.
                “Terserah kau saja” kata Alice tanpa ingin menanggapi perkataan Tae Yong “Baiklah klasifikasi yang kedua yaitu anemia berdasarkan ukuran sel. Disini anemia dibagi menjadi tiga, yang pertama anemia mikrositik. Penyebab utamanya yaitu defisiensi besi dan talasemia (gangguan Hb), yang kedua anemia normositik, contohnya yaitu anemia akibat penyakit kronis seperti gangguan ginjal, dan yang terakhir adalah anemia makrositik. Penyebab utamanya yaitu anemia pernisiosa, anemia akibat konsumsi alkohol dan anemia megaloblastik Alice kembali melirik Tae Yong, kini pria itu tengah mengangguk-anggukkan kepalanya tanda ia sudah mengerti dan kemungkinan sudah hapal nama-nama penyakit itu di otaknya.
             

“Tae Yong ssi kau benar-benar sudah hapal semua yang aku katakan tadi?” Tae yong mengangguk dengan cepat “Iya, aku sudah hapal semuanya” ucapnya santai. Alice memperhatikannya dengan seksama seakan tidak percaya dengan apa yang di katakan Tae Yong. Tae Yong yang masih menyetir melirik kearah gadis yang duduk disampingnya “Kau tidak percaya? Mau aku ulangi apa yang kau katakan tadi?”
Alice masih tidak percaya. Hebat sekali pria ini, otaknya benar-benar cerdas ya. Ia saja perlu beberapa hari untuk menghapal itu semua, sedangkan pria yang disampingnya ini hanya dalam beberapa menit sudah ingat semuanya. “Wuah, otakmu benar-benar cerdas ya!”
                “Kau baru tahu” kata Tae Yong dengan senyum bangga.
                Alice mendecakkan lidahnya serta menggeleng-gelenggkan kepalanya. Pria ini, baru dipuji sedikit sudah seperti ini, benar-benar. Alice berkata didalam hatinya sambil menatap pria yang disampingnya itu.
***
                Tae Yong memakirkan mobilnya di depan sebuah rumah mewah bercat kuning gading dan bergaya eropa asia. Alice menatap takjub bangunan mewah yang ada di depan matanya itu. Tae Yong yang duduk disampingnya hanya tersenyum melihat ekspresi gadis itu.
                “Ayo” Tae Yong membuka pintu dan keluar dari mobil, ia berdiri disamping pintu sambil menunggu Alice tersadar dari kekagumannya dan keluar dari mobil.
                “Tae Yong ssi” Alice menghampiri Tae Yong yang kini sudah berdiri di depan pagar rumah orang tuanya. Tae Yong menoleh “Apa tidak sebaiknya kau memanggil dokter lain saja. Aku ini belum lulus menjadi dokter, kan kau sendiri yang bilang padaku seperti itu”
                “Benarkah, kapan aku berkata seperti itu?”
Aish. Alice mendesis, orang ini benar-benar! Masa dia bisa lupa dengan ucapannya sendiri, atau sekarang dia sedang mempermainkan ku.
“Kim Tae Yong ssi, apa kau benar-benar tidak ingat, saat pertama aku ke tempatmu, kau berkataseperti itu”      
Tae Yong berpura-pura mengingat-ingat apa yang dikatakannya dulu dan sekali lagi ia menggeleng “Tidak, aku tidak ingat. Ah sudahlah, ayo masuk” Tae Yong menarik lengan Alice dan berjalan kedalam rumah itu. Alice yang kaget saat tangannya ditarik oleh Tae Yong masih berusaha melepaskan tangannya dari genggaman tangan pria itu.
“Tae Yong ssi”
Tae Yong tidak menghiraukan panggilan gadis yang ada disampingnya itu. Setelah sampai di depan pintu, Tae Yong menekan bel dan mereka menunggu pintu dibuka.
“Oh, wasseo[1]” kata seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dan juga modis yang membuka pintu saat itu.
Ye eomma” kata Tae Yong sambil memeluk wanita itu dan kemudian berlalu masuk ke dalam.
Alice masih berdiri di depan pintu. Tae Hee yang masih berada di sana menatap gadis itu ramah. Alice langsung membungkuk sopan dan menyapa Ibu Tae Yong itu.
“Ayo, masuklah” Ajak Tae Hee ramah. Melihat Alice yang masih ragu untuk masuk, Tae Hee menarik lengan gadis itu dan menyuruh gadis itu duduk di sofa ruang tamu rumah itu. Alice duduk membisu. Sesekali matanya menjelajah keseluruh ruangan, menatap keunikan dan kemegahan setiap yang terukir dan terpajang di dinding ruang itu. Sedangkan Tae Yong dan Ibunya tadi terlihat pergi ke belakang, entah ke dapur atau ke ruangan lainnya yang ada di rumah itu.
Nugu[2]” Tanya Tae Hee penasaran. Selama ini Tae Yong tidak pernah membawa wanita lain kecuali Shin Ae untuk datang kerumah orang tuanya, karena itu kali ini Tae Hee sungguh penasaran siapa gadis yang dibawa Tae Yong kali ini.
“Eomma, bagaimana menurutmu, apa dia cantik?” Tae Yong malah balik bertanya.
Yeppeo[3]” jawab Tae Hee “Geundae[4], nugu ya? Yoja chingu[5]?” Tanya Tae Hee lagi sambil tersenyum menggoda.
“Aku berharap begitu” kata Tae Yong menjawab semua pertanyaan Ibunya dengan sangat santai.
Mwo ya, jadi dia bukan kekasihmu, Ibu pikir dia kekasihmu, karena Ibu tahu kau tidak akan pernah membawa wanita selain kekasihmu kerumah ini. Jadi kalau bukan siapa dia?”
Tae Yong mengambil gelas yang ada di meja dan menuangkan air serta meneguk air itu “Dokter ku” katanya sambil berlalu meninggalkan Ibunya yang masih tidak paham dengan ucapan anaknya itu.
“Dokter?” ulang Tae Hee, ekor matanya mengikuti sosok anaknya yang telah menghilang di balik pintu.
Tae Yong menghempaskan tubuhnya di samping Alice yang masih terpesona dengan keindahan desain rumah itu. Tae Yong menatap wajah Alice dari samping, menunggu gadis itu menyadari kehadirannya. Namun sepertinya gadis itu masih terpesona dengan keindahan rumah milik orang tua Tae Yong. Tae Yong belum melakukan apapun untuk menyadarkan gadis itu, ia juga sedang asik memandang wajah polos gadis itu, menyenangkan menurutnya. Entah sejak kapan Tae Yong merasa senang jika menatap gadis yang duduk di sampingnya itu. Padahal awalnya Tae Yong tidak suka gadis itu selalu datang ke rumahnya, menganggu setiap aktifitas yang sering ia lakukan. Tapi kini, ia jadi menyukai kehadiran gadis itu, apalagi jika ia sedang bosan, gadis itu membuat rasa bosannya hilang seketika.
Alice yang sedari tadi masih terkagum-kagum, akhirnya sadar juga jika ia sedang di perhatikan oleh Tae Yong “Ada apa?” tanya nya.
Tae Yong yang terkejut langsung mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Ia tidak ingin Alice melihat wajahnya yang kini sudah memerah. Alice yang melihat tingkah Tae Yong tersenyum geli, ternyata bisa juga ia memiliki wajah seperti ini, lucu dan juga manis.


[1] Sudah datang
[2] siapa
[3] Cantik
[4] tapi
[5] pacar

[1] Tidak tahu
[2] ini
[3] Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah berada di bawah normal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar